Sebagian Area Jordan di Lockdown Dan Pemerintah Hong Kong Targetkan 10.000 Warga Lakukan Tes Covid-19 Hingga Tengah Malam Nanti

Otoritas pemerintah Hong Kong memberlakukan lockdown atau penutupan sementara sebagian area di distrik Jordan mulai pagi tadi, Sabtu (23/1/2021). Sekitar 10.000 warga yang tinggal di area yang saat ini ditutup selama 48 jam, harus menjalani tes Covid-19 hingga tengah malam nanti.

Sejak pukul 4 pagi tadi, petugas yang berwenang telah mendirikan beberapa tenda sebagai tempat untuk melakuka tes pada semua warga dalam kurun waktu dua hari.

Semua orang tidak akan diizinkan untuk pergi sampai sebagian besar pengujian selesai dan mereka mendapatkan hasil negatif.

Daerah ini membentang dari timur ke barat dari Jalan Woosung ke Jalan Baterai, dan dari utara ke selatan dari Jalan Kansu sampai Jalan Nanking.  Telah terjadi  penularan virus COVID-19 yang parah di area Jordan dengan lebih dari 160 kasus di lebih dari 50 gedung sejak awal bulan.

Selain itu, siapa pun yang tinggal sebentar di daerah tersebut dalam dua minggu terakhir juga harus menjalani tes.

Sekretaris Dalam Negeri, Casper Tsui, mengatakan masih banyak infeksi di daerah itu dan virus telah ditemukan di sampel limbah dari beberapa bangunan.

Dia mengatakan warga akan diminta untuk mengikuti tes secara bertahap di stasiun pengujian pada hari Sabtu, dan mereka tidak akan diizinkan meninggalkan daerah tertentu tanpa persetujuan sebelum mereka menerima hasil tes mereka.

Dia mengatakan pemerintah telah mengerahkan lebih dari 3.000 staf dan bertujuan untuk menyelesaikan operasi dalam waktu 48 jam.  Area itu juga akan dibersihkan dan akan ada bantuan untuk etnis minoritas.

Sementara itu, Sekretaris Kesehatan, Sophia Chan, mengatakan risiko penularan masih tinggi. untuk memutus rantai penularan sepenuhnya, mereka yang sebelumnya telah dites harus diuji ulang.

Siapa pun yang ditemukan mengidap virus akan dikirim ke rumah sakit untuk diisolasi dan kontak dekat mereka akan dikirim ke kamp karantina, tambahnya.

Chan mengharapkan operasi selesai pada pukul 6 pagi pada hari Senin.

Seorang anggota parlemen DAB untuk Kowloon West, Vincent Cheng, mengatakan masih terlalu dini untuk mengatakan apakah lokcdown harus diperluas ke daerah lain.  Dia meminta pemerintah untuk memberikan tes sukarela bagi lebih banyak penduduk di distrik Yau Tsim Mong.

Source  : RTHK NEWS

Pihak Kepolisian Hong Kong menyatakan, Wanita Yang Terjatuh di Wu Kai Sha, Ma On Shan Bukan PRTA


Seorang wanita yang jatuh dari sebuah flat di Ma On Shan, Kamis kemarin (21/1/2021) adalah warga lokal dan bukan pekerja rumah tangga asing, kata pihak kepolisian Hong Kong.  Wanita tersebut juga tidak membersihkan jendela saat terjatuh.

Seorang juru bicara dari pihak kepolisian mengatakan, korban yang dinyatakan meninggal di Rumah Sakit Princess Margaret pada pukul 9:31 pagi kemarin adalah seorang Tionghoa lokal berusia 36 tahun bermarga Wong, yang menderita penyakit mental.

Manajemen gedung di Double Cove di Wu Kai Sha Road dilaporkan memanggil polisi setelah melihat wanita itu terbaring tak sadarkan diri di tanah.  Dia dilarikan ke rumah sakit di mana dia dinyatakan meninggal.

Tidak ada catatan bunuh diri yang ditemukan di tempat kejadian.

Polisi mengatakan bahwa laporan sebelumnya yang mereka terima tentang korban sebagai pembantu rumah tangga asing adalah tidak benar.

Janji Untuk Ara


Oleh : Susana Nisa (Admin HK Fairies)

Menulis Rinai gerimis lentik menari diantara gedung-gedung pencakar langit. Gemulai gerakannya diterpa angin semilir dan jatuh dengan anggun di setiap helai daun yang memerah. Baginya, Desember selalu menggigit setiap hati yang sepi. Menoreh luka pada batin yang terikat janji. Janji pada seorang gadis kecil nun jauh di tanah seberang. “Ara,” bibirnya bergetar menyebut sebuah nama. 

Perempuan itu meringkuk dalam gelap, mendekap kedua lututnya ke dada dan menangis tersedu-sedu. Ia menangis dengan isakan tertahan. Tak ada tisu, hanya saputangan berwarna biru tua yang dapat ia gunakan untuk menyusut air mata. Seminggu sudah ia menghuni sel berjeruji itu. Untuk sebuah kesalahan yang tak pernah ia lakukan. Perempuan itu kembali tergugu, saat bayang wajah mungil melintas dalam keremangan.

 ***

Laras menyusuri jalan sempit di gang rumahnya. Tubuhnya lusuh. Mukanya kuyu menyiratkan keletihan yang teramat sangat. Seharian sudah ia mencoba mencari pekerjaan. Namun, hasilnya nihil. Dengan modal keterampilan dan ijazah yang sangat minim, mencari pekerjaan di kota bagaikan mencari jarum di tumpukan jerami. Tetapi, sesulit apapun, ia harus tetap berusaha. Karena ia satu-satunya sandaran ibunya yang berusia senja. Juga Ara, gadis kecil berusia tujuh tahun yang sangat membutuhkan perannya sebagai ibu dan ayah. 

Laras mengusap  peluh di dahinya. Menegapkan langkah, saat memasuki rumah tak seberapa luas itu. Ia menapaki lantai berubin dengan perlahan. Matanya sayu menatap setiap bingkai kayu yang tergantung di dinding. Sketsa kebahagiaan sebuah keluarga utuh terpampang menyambutnya. Ada senyum tersamar, tatkala kenangan masa silam berkelebat.

“Ibu, sudah pulang? Kok tidak mengucap salam?” Suara kecil itu mengagetkannya.

“Oh… maafkan ibu, sayang. Ibu lupa,” jawabnya tersenyum. Laras meraih tubuh kecil Ara ke dalam dekapannya. Lebur sudah tanggul airmata yang sejak tadi ia pertahankan. Ia memeluk putrinya begitu erat. Hancur rasa hati mengingat beban yang harus ditanggungnya. Hampir empat bulan ia menyandang status baru, seorang janda beranak satu. Karena takdir langit memisahkannya dengan ayah Ara. Sebuah kecelakaan, telah meruntuhkan kebahagiaan mereka. 

Laras yang hanya ibu rumah tangga biasa dan sepenuhnya bergantung pada suami, terpaksa harus mencari pekerjaan demi menopang biaya hidup keluarga kecilnya. Walau di luar ia nampak tegar, namun jauh di dalam hatinya ia begitu rapuh. Rasa takut membayang akan ketidakpastian masa depan putrinya.

Duka masih bersemayam. Tangis pun belum kering. Tapi hidup harus berlanjut. Tegar bukan berarti tanpa tangis. Dengan kemantapan hati, Laras memutuskan untuk merantau mendulang dolar ke tanah harapan. Mencoba menata kepingan-kepingan asa yang terserak demi malaikat kecilnya. Berusaha menunaikan amanah yang dititipkan di pundaknya. Meski berat terasa, namun tak pantas jika hanya keluh yang terucap. Ia tak ingin berlama-lama terseok dalam kesedihan. 

Demi masa depan Ara. Ia pasrah dan tawakal, jika perpisahan adalah kebahagiaan yang tertunda. Bulir-bulir kristal bergulir membasahi pipi Laras, tatkala langkah kakinya memasuki burung besi yang akan membawanya pergi jauh dari orang-orang tercinta.

Minggu dan bulan-bulan pertama terasa begitu sulit. Rindu akan putri semata wayangnya begitu menyesakkan dada. Ia merasa bersalah karena telah meninggalkan anak sekecil itu, dalam pengasuhan neneknya yang renta. Seandainya boleh meminta, ia ingin berada di dekat buah hatinya. Berselimutkan kehangatan di rumah, tanpa harus pergi jauh darinya.

“Tuhan…, kuatkan hamba-Mu ini,” lirihnya di senyap malam. Hati ibu mana yang tidak perih, manakala harus berpisah dengan permata hati. Seringkali Laras menahan isak ketika menelpon dan Ara merajuk, “Bu, Ara ingin tidur sambil dipeluk ibu.” Atau di lain waktu gadis itu mengirim sms yang berisi, “Ara ingin makan rawon buatan ibu. Mbah Uti masaknya selalu saja asin bu.” 

Dan hal yang sungguh membuat Laras merasa bersalah adalah saat Ara mengeluh tidak bisa mengerjakan tugas dari sekolah. Sebagai seorang ibu, ia yang seharusnya membimbing dan mengajari putrinya, terpaksa memberikan tanggung jawab itu kepada nenek Ara. Batinnya menjerit. Namun, kebulatan tekad untuk memberikan kehidupan yang layak pada putri dan ibunya, membuat Laras bersabar dalam setiap helaan nafas. 

Beruntung majikan baik dan pengertian. Mereka sudah menganggap laras bagian dari keluarga itu. Masa kontrak pertama berhasil ia lalui dengan lancar. Sengaja Laras tak mengambil cuti pulang ke tanah air. Ia pergunakan uang ganti tiket perjalanan dari majikan untuk menambah saldo tabungannya. Meski rindu pada putri semata wayangnya menggelayut di kalbu, ia bertahan. 

Nada protes sang buah hati setiap kali mereka berbincang di telepon, berhasil ia redam dengan kata-kata pamungkas. “Katanya Ara ingin umroh bersama ibu dan mbah uti? Ara juga ingin jadi dokter, kan? Nah, ibu tidak cuti untuk sementara waktu agar semua keinginan Ara bisa terwujud.” Sebisa mungkin Laras memberikan penjelasan pada putrinya, agar Ara bisa mengerti semua yang ia lakukan adalah demi masa depan mereka. Meski sejujurnya hati meronta ingin bertemu dan memeluk gadis kecilnya, namun Laras mencoba menguatkan diri.

Hari berganti, minggu berlalu, bulan berbilang dan tahun semakin melaju. Tanpa terasa tiga tahun Laras mengais rezeki di negeri Beton. Kini ia memasuki tahun ke empat masa kontrak dengan majikan yang sama. Ia telah berjanji pada Ara untuk mengambil cuti saat lebaran, beberapa bulan lagi. Gadis itu bersorak gembira. Tawa renyahnya terdengar nyata meski hanya di ujung telepon. “Sungguh bu? Lebaran kali ini ibu akan pulang?” Tanyanya bersemangat. Belum sempat Laras menjawab, telepon telah berpindah tangan. Berganti suara nenek Ara, ibunda Laras. “Ara jingkrak-jingkrak kegirangan, Ras. Anak itu senang sekali saat kau bilang akan cuti. Hampir empat tahun kau merantau. Ibu rasa sudah saatnya kamu pulang terus untuk mendampingi Ara. Ibu semakin tua. Putrimu sudah besar. Sebentar lagi kelas enam SD. Ibu khawatir, tidak bisa sepenuhnya membimbing Ara.” Laras belum bisa mengiyakan permintaan ibunya. 

Ia sadar, jika memutuskan untuk pulang kampung selamanya, maka ia harus punya cukup tabungan dan modal demi kelangsungan pendidikan Ara serta kehidupan mereka. Cuti, adalah alternatif terbaik untuk keadaannya saat ini. Harus ada yang dikorbankan. Dan Laras yakin, jika pengorbanannnya demi putri dan ibunya tidak akan sia-sia. Ia pun nampak sumringah saat mengakhiri perbincangan dengan ibunya di telepon. Setelah beberapa kali Ramadhan dan hari raya hanya ia rayakan sendiri, maka beberapa bulan lagi ia akan merayakannya dengan orang-orang terkasih.

Namun, kebahagiaan Laras hanya sementara. Dua minggu berselang, mendung kembali menggelayut. Proses renew paspor miliknya menghadapi masalah serius. Karena penerapan sistim SIMKIM atau pembuatan paspor secara biometrik, yaitu data pemohon paspor disinkronkan dengan data yang dimiliki oleh Imigrasi di Jakarta. 

Dari proses itu, Laras diketahui memiliki data ganda. Data yang tertera di paspor miliknya tidak sama dengan data yang ada di Imigrasi Jakarta. Sehingga petugas konsulat memintanya untuk melakukan koreksi data sesuai dengan data yang ada di Imigrasi Jakarta. Setelah berkonsultasi dan diberi penjelasan tentang hal-hal yang berkaitan dengan koreksi data diri di paspor, Laras diminta pihak konsulat untuk membuat KTP HK dan melakukan pembenahan data di kantor Imigrasi Hong Kong. 

Berbekal surat pengantar dari konsulat, Laras membuat kartu tanda penduduk sementara. Namun malang, pihak Imigrasi Hong Kong mempermasalahkan kasus Laras dan membawanya ke sidang pengadilan dengan tuduhan pemalsuan data. Kasusnya masih bergulir dan vonis belum dijatuhkan. Tetapi Laras harus menghuni hotel prodeo selama kasusnya diproses.

 ***

Langkah-langkah kaki terdengar nyaring mendekati sel, ruangan tempat Laras menangisi nasibnya selama seminggu ini. Seorang sipir wanita memanggil nama Laras. Ia memberitahukan ada yang datang berkunjung. Laras berjalan pelan diiringi tatapan sayu para penghuni sel lain. 

Dalam hati ia berharap, semoga ada titik terang atas kasus yang ia hadapi. Di ruang tunggu untuk berkunjung, dua orang, satu lelaki dan satu wanita telah menunggu. “Selamat siang bu Laras, saya perwakilan dari KJRI dan saudari ini perwakilan dari salah satu organisasi pekerja Indonesia yang ada di Hong Kong,” ujar si lelaki memperkenalkan diri mereka.

“Kami sedang mengusahakan segala upaya untuk bisa memenangkan kasus ibu. Karena itu kami harap bu Laras bersabar. Kami akan mendampingi dan mengawal kasus ibu sampai selesai,” katanya lagi. Laras hanya mengangguk. 

Hatinya dilanda bimbang. Akankah ia dibebaskan? Ataukah ia akan menjadi penghuni sel berjeruji itu untuk sementara waktu? Kemudian dipulangkan dan tidak dibolehkan masuk ke Hong Kong untuk bekerja? Bagaimana ia menghidupi keluarga dan membiayai pendidikan Ara? Beribu pertanyaan berseliweran di benaknya. Suara riang putri semata wayangnya, kembali terngiang di telinga Laras. Kristal bening perlahan menetes di kedua pipinya. Berharap cemas akan ketidakpastian nasib dan takdir hidupnya.


Termuat di rubrik Pojok Viktori

Apakabar Plus

20 Agustus 2016

Otoritas Pemerintah Hong Kong Perpanjang Peraturan Pembatasan Sosial Hingga 20 Januari 2021


Menteri Kesehatan, Dr Sophia Chan mengumumkan kemarin, Senin (4/1/2021) bahwa pembatasan sosial yang akan berakhir pada Kamis (7/1/2021) akan diperpanjang selama dua minggu lagi hingga 20 Januari 2021.

Dia juga mengatakan bahwa peluang untuk melonggarkan aturan sebelum Tahun Baru Imlek, yang tahun ini jatuh pada 12-15 Februari, sangat kecil sekali.

Chan mengatakan bahwa meskipun jumlah infeksi harian menurun, namun tingkatnya lambat dan risiko  penularan virus Covid-19 semakin tinggi.

Dr Chuang Shuk-kwan dari Pusat Perlindungan Kesehatan melaporkan 53 kasus Covid-19 dan hal itu menambah jumlah warga yang terinfeksi melebihi  9.000 orang.

Di antara infeksi baru, 43 didapat secara lokal, dan enam di antaranya tidak diketahui sumbernya.

Sepuluh kasus impor tersebut sebagian besar merupakan pendatang baru dari Nepal.  Lima dinyatakan positif saat berada di karantina, sementara dua adalah pendatang yang baru-baru ini dari Kathmandu.

Ada juga dua warga Filipina, seorang berusia 29 tahun yang dinyatakan positif di bandara dan seorang berusia 30 tahun yang ditemukan terinfeksi saat berada di karantina.  Kasus impor terakhir adalah seorang wanita berusia 40 tahun dari Perancis.

Sebanyak 728 pasien yang dikonfirmasi tetap berada di 23 rumah sakit umum dan fasilitas di AsiaWorld-Expo.  Diantaranya, 50 berada dalam kondisi kritis, 45 dalam kondisi serius, dan sisanya dalam keadaan stabil.

Chuang juga melaporkan wabah di bangsal anak di Rumah Sakit Princess Margaret, setelah seorang pasien kanker wanita berusia 66 tahun dinyatakan positif terkena virus setelah dirawat di sana pada 28 Desember.

Ahli mikrobiologi Yuen Kwok-yung yang berkunjung ke rumah sakit mengatakan kepada wartawan bahwa penyebab infeksi ada virus yang menyebar melalui udara setelah pasien penderita kanker sumsum tulang melepas maskernya untuk makan.

Sekitar 80 orang yang terkait dengan bangsal telah diuji dan Yuen mengatakan lebih banyak yang bisa tertular.

Juga di antara mereka yang dikonfirmasi hari ini adalah 11 pekerja di lokasi konstruksi untuk Terowongan Tseung Kwan O-Lam Tin, meningkatkan jumlah total infeksi dalam wabah baru di lokasi tersebut menjadi 12.

Chuang mengatakan dia telah memerintahkan agar semua pekerjaan di situs itu ditangguhkan, sementara tes dilakukan pada semua orang yang merupakan kontak terdekat mereka.